Prevalensi HIV di Jabar Meningkat, ISMKMI Gelar HAS di Kota Tasikmalaya

Foto bersama pasca perhelatan HAS bersama PE Resik, BEM STIKes Respati, dan Panitia HAS dari ISMKMI Pengda Jabar (16/12).

Rekamrest News - Tasikmalaya (16/12), meningkatnya pevalensi penderita HIV di provinsi Jawa Barat menandakan kian maraknya perilaku menyimpang di masyarakat, terutama pada pergaulan remaja yang membuat resah para orang tua akan kondisi anaknya ketika berada di luar rumah. Hal ini berawal dari pergaulan bebas yang membuat siapapun dapat tertular HIV bila tidak di cegah. Belum lagi stigma HIV yang berkembang di masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi terhadap orang dengan HIV (Odha).

Sebagai bentuk peduli terhadap Odha dan upaya penghentian stigma buruk tentang HIV di masyarakat, Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) Pengurus Daerah Jawa Barat menggelar acara Hari AIDS Sedunia yang bekerjasama dengan Dinkes Kota Tasikmalaya, KPA, PE Resik, serta media partner dari Persma Rekamrest dan Persma Unsil dengan puncak acara pada hari minggu (16/12) di Dadaha.

Senam Germas di awal acara HAS diikuti oleh seluruh masyarakat yang berolahraga di area Dadaha pada Minggu pagi.

Ketua Pelaksana HAS, Ilham mengatakan kegiatan Hari Aids Sedunia (HAS) selain bertujuan untuk menyebarkan pesan kesehatan berupa promosi kesehatan tentang HIV dengan leaflet kepada masyarakat, juga menjaring masyarakat sekitar agar berhenti mendiskriminasi dan stigma buruk terhadap Odha. “Kita pengen menghilangkan stigma buruk terutama masyarakat, terutama odha agar tidak didiskriminasi”, ucap Ilham.

Ilham menambahkan, kegiatan hari ini, minggu (16/12) merupakan puncak acara HAS yang sebelumnya telah dilaksanakan pada minggu (2/12) yang lalu di CFD Cilembang. “Kenapa Tasikmalaya dipilih sebagai lokasi acara HAS, karena Tasikmalaya merupakan daerah dengan populasi Odha tertinggi Ke-4 se-Jawa Barat”, tambahnya.

Persma STIKes Respati dan Persma Unsil berfoto bersama dengan Kabid P2P Dinkes Kota Tasikmalaya usai wawancara.

Berbagai rangkaian kegiatan HAS sendiri dimeriahkan oleh senam germas, pembagian pamflet HIV, orasi kesehatan, cek kesehatan, kreasi seni, hingga door prize. Dengan tema acara "Saya Berani, Saya Sehat" merupakan bentuk dukungan terhadap Odha agar dapat menyatukan diri dengan masyarakat tanpa takut didiskriminasikan oleh lingkungan sosialnya.

Kabid P2P Dinkes Kota Tasikmalaya, Didin Fitriyadi sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam acara HAS ini, terutama mahasiswa Kesmas Jabar yang berada di Tasikmalaya.
“Hari ini ada mahasiswa, hari ini kita nambah lagi power, nambah lagi power dalam memberikan edukasi-edukasi terhadap penularan penyakit HIV oleh mahasiswa Kesmas Jawa Barat yang ada di Tasik”, katanya.

BEM STIKes Respati bersama Dinkes Kota Tasikmalaya dan KPA menggelar cek kesehatan gratis kepada masyarakat yang melintas di lokasi acara HAS.

Didin mengungkapkan, dari jumlah penduduk di Kota Tasikmalaya ditemukan 556 orang yang positif HIV dengan kurang lebih 600 Odha yang belum terakses ke pelayanan kesehatan. Ia menambahkan, jumlah Odha di Tasikmalaya dari tahun ke tahun menunjukkan progresifitas.

“Memang mungkin kita kekurangan, tidak sampai ke masyarakat yang paling bawah, saya akui lah, 600.000 kota Tasikmalaya, tidak terjangkau tidak sampai disana. Nah itulah pekerjaan kita pekerjaan adik-adik mahasiswa yang konsen terhadap gerakan HIV. Itulah tanggung jawab kita bersama, harus sampai ngertilah”, ucapnya.

Nurazijah dari Prodi Kesmas STIKes Respati melakukan Orasi HIV di HAS.

Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIV di Kota Tasikmalaya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya telah memiliki rencana dan program yang akan mulai dilakukan pada tahun depan. “Tahun 2019 ke depan, Dinas Kesehatan ada inovasi yang namanya Gelang Bahar Makopet, itu merupakan Gerakan Penanggulangan Bahaya Homo Seksual Melalui Pendekatan Pondok Pesantren. Ada 2 program pokok. Pertama, bila ditemukan positif HIV, ia akan direhabilitasi di pondok pesantren dengan pendekatan agama, kita akan bina selama 7-8 hari. Setelah keluar dari ponpes, dia dikembalikan ke rumahnya, tidak boleh ada yang koskosan. Kita akan pantau selama 8 bulan kedepan. Akan dipantau oleh psikolog, psikiatri, dokter, ditambah mahasiswa”, tambah Didin.

Komunitas Warga Peduli Aids (WPA) turut memeriahkan acara HAS.
Didin berharap, kegiatan ini tidak sekedar seremonial dan tidak berhenti sampai disini. Namun sebagai langkah awal dalam mencegah perilaku seksual maupun perilaku bebas lainnya yang beresiko dalam penularan HIV/AIDS serta menjadi contoh baik kepada teman sebaya.

Salah satu peserta Hari Aids Sedunia, Nesa Jamila dari SMAN 7 Tasikmalaya, berharap acara ini dapat diselenggarakan kembali di tahun depan sebab sebagai langkah dan upaya dalam mengurangi dan mencegah penularan HIV di Kota Tasikmalaya.

(Persma Rekamrest)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meriahnya Puncak Acara Dies Natalis STIKes Respati Tasikmalaya Ke-15 Dengan Gerak Jalan Sehat Yang Mengedukasi

Partograf Digital, Aplikasi Praktis Pemantau Persalinan Ala Dosen Prodi Kebidanan, STIKes Respati Tasikmalaya

Peringatan Hari Ibu Hingga Seminar Dosen Mahasiswa